Kamis, 18 Juni 2009

IPR DUA FASA dan TIGA FASA

Pada bab ini akan membahas mengenai resevoar yang memiliki fracture. Resevoar seperti itu pada umumnya ditemukan di formasi batuan limestone yang diendapkan di daerah lautan. Hal ini sangat sesuai dengan tipikal resevoar di Indonesia.Perlu dipahami bahwa dalam satu batuan bisa terdapat satu atau dua bagian, yakni:• Bagian yang mengalami perekahan.Pada bagian ini, ia memiliki permeabilitas yang tinggi namun tidak dapat menyimpan minyak.• Bagian yang tidak mengalami perekahan disebut matrix.Pada bagian ini, permeabilitas yang didapatkan tidak terlalu tinggi namun ia dapat menyimpan minyak.Sehingga dalam satu batuan dapat terjadi tiga jenis aliran fluida, yakni:• Aliran fluida dari matrix ke matrix• Aliran fluida dari rekahan ke matrix• Aliran fluida dari matrix ke rekahanDan persamaan IPR nantinya hanya akan mempresentasikan aliran fluida yang melalui matrix.

Batuan dan Mineral

Batuan adalah sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Lapisan lithosphere di bumi terdiri dari batuan. Sedangkan mineral adalah substansi yang terbentuk karena kristalisasi dari proses geologi, yang memiliki komposisi fisik dan kimia. Batuan diklasifikasikan berdasarkan mineral dan komposisi kimia, dengan tekstur partikelnya dan dengan proses terbentuknya. Maka batuan diklasifikasikan menjadi Igneous, Sedimentary dan Metamorphic. Ketiga jenis batuan ini pada proses pembentukannya saling melengkapi dan berupa siklus. Lihat gambar siklus pembentukan batuan.1. Igneous Rock (Batuan Beku), terbentuk oleh pembekuan magma dan dibagi menjadi batuan plutonic dan batuan volcanic. Plutonik atau intrusive terbentuk ketika magma mendingin dan terkristalisasi perlahan didalam crust (contohnya granite). Sedangkan volcanic atau extrusive membeku dan terbentuk pada saat magma keluar kepermukaan sebagai lava atau fragment bekuan (contohnya batu apung dan basalt).2. Sedimentary Rock (Batuan Sedimen), terbentuk karena endapan dari hasil erosi material-material batuan, organic, kimia dan terkompaksi serta tersementasi. Batuan ini terbentuk di permukaan bumi yang terdiri dari; 65% Mudrock (mudstone, shale dan siltstone); 20%-25% Sandstone dan 10%-15% Carbonate Rock (limestone dan dolostone).3. Metamorphic Rock (Batuan Metamorf), terbentuk hasil ubahan/alterasi dari mineral dan batuan lain karena pengaruh tekanan dan temperatur. Tekanan dan temperatur yang mempengaruhi pembentukan batuan ini sangat tinggi dari pada pembentukan batuan beku dan sedimen sehingga mengubah mineral asal menjadi mineral lain.Sedangkan Mineral diklasifikasikan berdasarkan sifat fisik dan komposisi kimia. Sifat fisik mineral antara lain berdasarkan:1. Struktur kristal, diamati melalui mikroskop.2. Kekerasan (Hardness), diukur berdasarkan Mohs scale (1-10) ; - Talc Mg3Si4O10(OH)2 - Gypsum CaSO4•2H2O - Calcite CaCO3 - Fluorite CaF2 - Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F) - Orthoclase KAlSi3O8 - Quartz SiO2 - Topaz Al2SiO4(OH,F)2 - Corundum Al2O3 - Diamond C (pure carbon)3. Kilap (Luster), diukur dari interaksi terhadap cahaya.4. Warna (Colour), tampak oleh mata.5. Streak 6. Cleavage 7. Fracture 8. Specific gravity 9. Lain-lain (Fluorescence, Magnetism, Radioaktivity, dll).
Mineral diklasifikasikan berdasarkan komposisi kima dengan grup anion. Berikut klasifikasinya menurut Dana :1. Silicate Class, merupakan grup terbesar. silicates (sebagian besar batuan adalah >95% silicates), yang terdiri dari silicon dan oxygen, dan dengan ion tambahan seperti aluminium, magnesium, iron, dan calcium. Contoh lain seperti feldspars, quartz, olivines, pyroxenes, amphiboles, garnets, dan micas.2. Carbonate Class, merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2- dan termasuk calcite dan aragonite (keduanya merupakan calcium carbonate), dolomite (magnesium/calcium carbonate) dan siderite (iron carbonate). Carbonate terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonate juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua/caves, stalactites dan stalagmites.Carbonate class juga termasuk mineral-mineral nitrate dan borate.3. Sulfate Class, Sulfates terdiri dari anion sulfate, SO42-. Biasanya terbentuk di daerah evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfate dan halides berinteraksi. Contoh sulfate; anhydrite (calcium sulfate), celestine (strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate, dan mineral tungstate.4. Halide Class, halides adalah grup mineral yang membentuk garam alami (salts) dan termasuk fluorite (calcium fluoride), halite (sodium chloride), sylvite (potassium chloride), dan sal ammoniac (ammonium chloride). Halides, seperti halnya sulfates, ditemukan juga di daerah evaporitic settings seperti playa lakes dan landlocked seas seperti Dead Sea dan Great Salt Lake. The halide class termasuk juga fluoride, chloride, dan mineral-mineral iodide.5. Oxide Class, Oxides sangatlah penting dalam dunia pertambangan karena bijih (ores) terbentuk dari mineral-mineral dari kelas oxide. Kelas mineral ini juga mempengaruhi perubahan Kutub Magnetic Bumi. Biasanya terbentuk dekat dengan permukaan bumi, teroksidasi dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral asesori pada batuan beku crust dan mantle. Contoh mineral Oxides; hematite (iron oxide), magnetite (iron oxide), chromite (iron chromium oxide), spinel (magnesium aluminium oxide – mineral pembentuk mantle), ilmenite (iron titanium oxide), rutile (titanium dioxide), dan ice (hydrogen oxide). Juga termasuk mineral-mineral hydroxide.6. Sulfide Class, hampir serupa dengan Kelas Oxide, pembentuk bijih (ores). Contohnya termasuk pyrite (terkenal dengan sebutan emas palsu ‘fools’ gold), chalcopyrite (copper iron sulfide), pentlandite (nickel iron sulfide), dan galena (lead sulfide). Termasuk juga selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides, dan sulfosalts.7. Phosphate Class, termasuk mineral dengan tetrahedral unit AO4, A dapat berupa phosphorus, antimony, arsenic atau vanadium. Phospate yang umum adalah apatite yang merupakan mineral biologis yang ditemukan dalam gigi dan tulang hewan. Termasuk juga mineral arsenate, vanadate, dan mineral-mineral antimonate.8. Element Class, terdiri dari metal dan element intermetalic (emas, perak dan tembaga), semi-metal dan non-metal (antimony, bismuth, graphite, sulfur). Grup ini juga termasuk natural alloys, seperti electrum, phosphides, silicides, nitrides dan carbides.9. Organic Class, terdiri dari substansi biogenic; oxalates, mellitates, citrates, cyanates, acetates, formates, hydrocarbons and other miscellaneous species. Contoh lain juga; whewellite, moolooite, mellite, fichtelite, carpathite, evenkite and abelsonite

Underbalanced Drilling

Underbalanced DrillingUnderbalanced drilling (UbD) adalah metode drilling dengan menggunakan mud weight yang SGnya lebih kecil daripada tekanan formasi. Adapun fungsinya adalah untuk mencegah atau mengurangi infiltrasi mud ke formasi yang dapat merusak formasi atau pembentukan skin pada formasi. Underbalanced Drilling pada dasarnya mengebor sumur dengan menggunakan fluida, dimana densitasnya menghasilkan tekanan hidrostatis di dalam sumur yg lebih kecil daripada tekanan di formasi. Tujuan utamanya adalah meminimalkan “skin” atau formation damage, sehingga diharapkan produksi hidrokarbon akan lebih baik. Fluida yg umum digunakan bisa yang incompressible (air) atau yang compressible (angin, foam, aerated diesel, dsb). Aplikasi umumnya adalah re-entry drilling di reservoir yg mempunyai karakter:1. Sensitif, mudah damage.2. Depleted3. Highly fracturedTekanan formasi harus bisa diketahui seakurat mungkin sehingga fluida pengeboran dapat diprogram untuk mencegah kick dan juga mencegah loss circulation. densitas lumpur harus pas berada di celah antara tekanan formasi dan tekanan fracture. Pemboran underbalanced merupakan metoda pemboran dimana tekanan hidrodinamik dasar sumur didesain agar lebih kecil dibandingkan tekanan formasi. Pada kondisi itu fluida reservoir masuk ke sumur dan ikut tersirkulasi ke permukaan. Ini tentu saja akan mempengaruhi sifat fisik fluida di annulus. Sifat fisik fluida di sumur pada pemboran underbalanced tidaklah mudah untuk ditentukan. Ini dikarenakan sifat fisik fluida dipengaruhi oleh tekanan hidrodinamik dan komposisi fluida, sementara tekanan hidrodinamik juga bergantung pada sifat fisik fluida. Selain itu komposisi fluida di annulus juga bergantung pada laju influks yang juga bergantung pada tekanan. Jadi kesemuanya itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi sehingga membuat penentuan parameter transportasi cutting menjadi rumit. Untuk memecahkan masalah ini kemudian dilakukan filterasi antara tekanan, laju alir influks dan sifat fisik influks sampai didapat harga yang sesuai. Pada studi ini, pemodelan aliran underbalanced digunakan fluida foam, emulsi, oil base mud dan aerated mud sebagai fluida pemboran dengan tiga macam fluida influks, yaitu minyak, air dan gas. Kombinasi dari tipe fluida pemboran dan influks membuahkan hasil perhitungan parameter transportasi cutting dan tekanan yang bervariasi. Pada tugas akhir ini dilakukan penentuan tekanan hidrodinamik pada operasi horizontal coiled tubing underbalanced drilling, sifat fisik fluida campuran, dan parameter transportasi cuttingnya. Selain itu dilakukan juga penentuan pengaruh beberapa faktor seperti ukuran coiled tubing, ukuran lubang, jenis fluida pemboran, dan Jenis influks terhadap pengangkatan cutting.Salah satu contoh di daerah jatibarang, Berdasarkan data-data geologi dan reservoir, dapat disimpulkan bahwa tekanan formasi dilapisan Vulkanik Jatibarang telah mengalami penuruan gradien tekanan yang mana telah berada dibawah gradien tekanan abnormal. Dalam melakukan pemboran dengan air saja sudah akan menghasilkan tekanan hidridinamik diatas tekanan formasi, inilah penyebab hilangnya sirkulasi saat pemboran berlangsung. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut menggunakan pemboran underbalanced, dengan prinsip kerja yaitu tekanan kolom hidrodinamik lebih kecil Dibandingkan tekanan formasi.Untuk mengatasi hilang sirkulasi yang terjadi pada pemboran menembus lapisan Vulkanik yang mengandung rekahan-rekahan alam dipergunakanlah gas untuk menurunkan berat dari sistim fluida pemboran. Dilakukan dengan cara menginjeksikan gas kedalam fluida dasar (fresh water). Pemboran underbalanced menggunakan fluida dengan sistim dua fasa (air dan gas) atau dikenal dengan gasfield system. Anallisa yang dilakukan terhadap sistim fluida pemboran ini untuk mengetahui keberhasilan dalam sistim pengangkatan terhadap cutting yang dipengaruhi oleh beberapa parameter yang berhubungan erat dengan tekanan dan temperatur dan supaya memperoleh laju Pemboran yang sangat baik. Hasil analisa pengangkatan cutting pada pemboran underbalanced berguna untuk mengindentifikasi baik atau tidaknya pengangkatan cutting dan juga untuk merencanakan operasi pengangkatan cutting pada masa yang akan datang, supaya dapat memperoleh laju alir fluida yang optimal. (Khairani)

Oil Base Mud Cutting Sample

Oil Base Mud Cutting Sample

Pipa Minyak Pertamina di Riau Bocor

Chaidir Anwar Tanjung - detikNews

-->Siak - Pipa minyak PT Bumi Siak Pusako Pertamina mengalami kebocoran. Pipa tersebut merupakan pipa utama yang mengalirkan minyak mentah dari ladang minyak di Kabupaten Siak ke Pertamina Dumai.Pipa utama ini bocor di lokasi ladang Minyak Zamrud Km 64 Kec Dayun Kabupaten Siak, Riau. Kebocoran diketahui pukul 18.30 WIB. Kamis(21/5/2009). Pantauan detikcom, minyak membanjiri jalan raya. Di lokasi saat ini ada 6 mobil tanki penyedot minyak di lokasi ini. Lokasi bocornya minyak hanya berjarak 70 meter dari perumahan warga. Diketahui kebocoran berasal dari sambungan antar pipa.Ratusan warga berkerumun untuk menyaksikan peristiwa ini. Sementara itu, belum ada keterangan resmi dari pihak perusahaan. Jalan ke lokasi ditutup oleh keamanan perusahaan. Wartawan pun dilarang mendekat(rdf/rdf)

Petroleum engineering

Petroleum engineering is an engineering discipline concerned with the subsurface activities related to the production of hydrocarbons, which can be either crude oil or natural gas. These activities are deemed to fall within the upstream sector of the oil and gas industry, which are the activities of finding and producing hydrocarbons. (Refining and distribution to a market are referred to as the downstream sector.) Exploration, by earth scientists, and petroleum engineering are the oil and gas industry's two main subsurface disciplines, which focus on maximizing economic recovery of hydrocarbons from subsurface reservoirs. Petroleum geology and geophysics focus on provision of a static description of the hydrocarbon reservoir rock, while petroleum engineering focuses on estimation of the recoverable volume of this resource using a detailed understanding of the physical behavior of oil, water and gas within porous rock at very high pressure.
The combined efforts of explorationists and petroleum engineers throughout the life of a hydrocarbon accumulation determine the way in which a reservoir is developed and depleted, and usually they have the highest impact on field economics. Petroleum engineering requires a good knowledge of many other related disciplines, such as geophysics, petroleum geology, formation evaluation (well logging), drilling, economics, reservoir simulation, well engineering, artificial lift systems, and oil & gas facilities engineering.
Contents[hide]
1 Overview
2 Types
3 See also
4 External links
5 References
//

[edit] Overview
Petroleum engineering has become a technical profession that involves extracting oil in increasingly difficult situations as the "low hanging fruit" of the world's oil fields are found and depleted. Improvements in computer modeling, materials and the application of statistics, probability analysis, and new technologies like horizontal drilling and enhanced oil recovery, have drastically improved the toolbox of the petroleum engineer in recent decades.
As mistakes may be measured in millions of dollars, petroleum engineers are held to a high standard. Deep-water operations can arguably be compared to space travel in terms of technical challenges. Arctic conditions and conditions of extreme heat have to be contended with. High Temperature and High Pressure (HTHP) environments that have become increasingly commonplace in today's operations require the petroleum engineer to be savvy in topics as wide ranging as thermo-hydraulics, geomechanics, and intelligent systems.
Petroleum engineers must implement high technology plans with manpower and high coordination, often in dangerous conditions. The drilling rig crew and machines they use become the remote partner of the petroleum engineer in implementing every drilling program. Understanding and accounting for the issues and communication challenges of building these teams remain just as vital to the petroleum engineer as ever.
The Society of Petroleum Engineers is the largest professional society for petroleum engineers and publishes much information concerning the industry. Petroleum engineering education is available at 17 universities in the United States and many more throughout the world - primarily in oil producing states - but not only top producers, and some oil companies have considerable in house petroleum engineering training classes.
Petroleum engineers have historically been one of the highest paid engineering disciplines; this is offset by a tendency for mass layoffs when oil prices decline. According to a survey published in September 2007 the average income is USD $122,458. In a June 4th, 2007 article, Forbes.com reported that Petroleum Engineering was the 24th best paying job in the United States.[1]

[edit] Types

Cekungan samudera

Cekungan samudera dapat berada di manapun di bumi yang ditutupi oleh air laut, tetapi secara geologi, cekungan samudera adalah cekungan geologi yang berada dibawah laut. Secara geologi, fitur geomorfologi seperti palung dan pegunungan bawah laut yang bukan bagian dari cekungan laut, sementara secara hidrologi, cekungan laut termasuk fitur gemorfologi.
Samudera Atlantik dan samudera Arktik adalah salah satu contoh cekungan samudera aktif, sementara laut Tengah menciut. Samudera Pasifik juga cekungan aktif yang menyusut walaupun memiliki palung laut dan penggung bukit laut yang menyebar. Teluk Meksiko adalah salah satu cekungan samudera yang sudah tidak aktif. Contoh lainnya adalah laut Jepang dan laut Bering.